Renungan Indonesia: Geologi Indonesia
Indonesia adalah sebuah biduk kebangsaan di tengah arus zaman globalisasi. Arus itu ganas, hanya bangsa yang siap dan kompak yang akan melaju melalui gelombang globalisasi dengan mantap. Bangsa itu adalah kita semua. Mari kita mengambil bagian dengan peran kita masing-masing agar biduk kita bersama tidak karam ditelan arus ganas globalisasi. Jangan tidak peduli, apalagi mengkhianatinya!
Saya buka tulisan ini dengan mengutip kata-kata para pemimpin bangsa ini di awal Indonesia merdeka.
“Kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya. Semua buat semua! “ (Soekarno, 1945)
“Indonesia merdeka bukan tujuan akhir kita. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat. Indonesia merdeka tidak ada gunanya bagi kita, apabila kita tidak sanggup untuk mempergunakannya memenuhi cita-cita rakyat kita: hidup bahagia dan makmur dalam pengertian jasmani maupun rohani. Maka dengan tercapainya penyerahan kedaulatan, perjuangan belum selesai. Malahan kita berada pada permulaan perjuangan yang jauh lebih berat dan lebih mulia, yaitu perjuangan untuk mencapai kemerdekaan daripada segala macam penindasan…” (Mohammad Hatta, 1949)
“Dapatkah Indonesia mentransfer modal geologinya ke dalam keuntungan sosial dan kultural penduduknya?” (Prof. Dr. John Katili, 1983)
17 Agustus 1945, Indonesia merdeka, bebas dari penjajahan. Untuk mengisi kemerdekaan ini, pembangunan di segala bidang telah dilakukan oleh unsur-unsur bangsa ini dari periode ke periode. Meskipun demikian, Indonesia belum menjadi bangsa yang maju, rakyatnya makmur merata, dan disegani di dunia. Kita mestinya bisa mewujudkannya andaikan semua unsur bangsa ini bersatu dan tidak mengkhianati Negeri ini. Negeri ini punya banyak modal untuk mewujudkannya.
Saya ingin memotret apa yang ada di biduk bernama INDONESIA itu: biduknya sendiri, nakhodanya, para kelasi dan anak buah kapalnya, dan semua penumpangnya. Setelah itu, saya mendaftarkan hal-hal yang terlintas di pikiran yang menurut hemat saya patut diperhatikan oleh semua orang di atas biduk Indonesia ini.
Saya harus memulainya dengan sebuah riwayat geologi yang membentuk Indonesia, sebuah riwayat panjang selama 400 juta tahun. Karena geologilah yang memberikan modal fisik kepada Negeri ini.
Kejadian Indonesia secara geologi adalah dahsyat, ada riwayat kerak-kerak Bumi yang retak, berjalan, dibenturkan, ditunjamkan, ditekan, ditarik, dibuka, diangkat, dikoyak, digeser, diruntuhkan, ditenggelamkan, dan sebagainya. Serbaasal, serbarumit, serbapanjang – 400 juta tahun.
Saat bencana terjadi, ketika proses-proses geologi yang akut (misalnya gempa, tsunami, erupsi gunungapi, tanah longsor) bersentuhan dengan manusia, kita mungkin berpikir bahwa kondisi geologi Indonesia membawa bencana. Mungkin benar walaupun sangat samar, sebab proses-proses geologi sebenarnya hanya aksi keseimbangan; bisa menjadi bencana ketika manusia berada di arena proses-proses geologi bekerja.
Jauh dari itu, proses-proses geologi yang membentuk Indonesia justru telah membawa banyak manfaat bagi Indonesia, sehingga tidaklah berlebihan bila disebut geologi menghidupi Indonesia, melalui kerangka dan badan wilayah Indonesia yang dibentuknya. Mari kita coba pahami bagaimana halnya.
KARENA PROSES GEOLOGI…
Karena proses geologi, Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau 17.499 (Dishidros TNI, 2012) dan garis pantai terpanjang kedua di dunia 80.791 km (Dishidros TNI, 2012) atau dua kali keliling Bumi.
Karena proses geologi, Indonesia menjadi negara dengan kawasan laut dan lautan terbesar di dunia (5,8 juta km2, Dishidros TNI 2012, termasuk ZEE Indonesia) berkat dua paparan benua terbesar di dunia yang berada di dalamnya (Paparan Sunda dan Paparan Sahul), dan lereng-lereng dua benua yang saling bertemu, yang di dalamnya begitu banyak sumberdaya hayati dan nonhayati yang telah dan dapat dimanfaatkan baik energi, mineral, ikan, dan sebagainya.
Karena proses geologi, Indonesia menjadi jantung dunia bagi terumbu karang, baik pada masa lalu maupun pada masa kini. Terumbu-terumbu masa lalunya menjadi lapangan-lapangan minyak atau gas. Terumbu-terumbu masa kininya menjadi surga dunia bagi para penyelam, menakjubkan mereka dengan keindahan taman lautnya, sebuah dunia lain bawah laut. Meskipun kawasan terumbu Indonesia hanya menyusun 18 % area terumbu dunia, tetapi ia menyimpan 75 % spesies terumbu karang dunia.
Karena proses geologi, Indonesia menjadi negeri dengan jumlah gunungapi terbanyak di dunia dengan potensi panasbumi terbesar di dunia, 27.000 Mwe atau 40 % dari seluruh potensi energi panasbumi yang ada di dunia. Sekaligus para gunungapi ini membuat tanah dan air negeri ini begitu subur.
Karena proses geologi, Indonesia menjadi negeri dengan panorama sangat beragam yang semuanya indah. Jalur gunungapi masa kini maupun masa lalu, juga jalur pegunungan lipatan batuan sedimen telah membuat Indonesia mempunyai panorama yang memukau, yang menggelisahkan para pelancong, para petualang, para pendaki gunung untuk mengunjungi atau mendakinya.
Karena proses geologi, Indonesia menjadi negeri dengan begitu banyak sumber energi yang telah terbukti maupun potensial seperti minyak, gas, batubara, gas metana batubara, gas serpih, gas hidrat, panasbumi, air, angin, pasang surut, perbedaan temperatur air laut, nuklir, dan sebagainya.
Karena proses geologi, Indonesia menjadi negeri dengan varietas flora dan fauna yang begitu menakjubkan, geologilah yang membenturkan dua dunia flora dan fauna di Indonesia memberikan keunikan biogeografi yang tiada tara. Negara ini mempunyai lebih banyak spesies dibandingkan dengan negara lain di Asia, bahkan mungkin lebih banyak dibandingkan dengan negara mana pun di dunia (Anthony J. Whitten, 1991).
Karena proses geologi yang membawa negeri ini ke area tropika, maka Indonesia memiliki kawasan hutan hujan tropis yang luas di dunia, yang menjadi tempat buaian spesies endemik dan plasma nutfah tanaman yang bermanfaat bagi kehidupan.
Karena proses geologi, Indonesia menjadi negeri yang dilintasi oleh awal peradaban hominid atau perkembangan para hominid seperti Homo erectus. Sekitar 60 % Homo erectus dunia ditemukan fosilnya di Indonesia.
Karena proses geologi, Indonesia dihuni oleh begitu banyak kelompok etnis seperti sekarang, sekitar 300 suku bangsa, yang berujar dengan 742 bahasa suku atau dialek yang keragaman budayanya sangat luar biasa dan menarik. Geologi mengontrol etnogenesis banyak bangsa dan suku bangsa di dunia termasuk Indonesia.
Dan sebagainya, sekadar menunjukkan geologi dan Indonesia erat berkaitan bagi kekayaan nonhayati dan hayati Indonesia.
KEDAULATAN NKRI & WAWASAN NUSANTARA
Sungguh tak mudah memerjuangkan dan memertahankan luas wilayah kedaulatan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), itu diperoleh dengan darah, nyawa dan perundingan-perundingan yang alot. Tetapi syukurlah NKRI sekarang mempunyai kedaulatan mutlak di seluruh pulau-pulaunya, di seluruh laut di antara pulau-pulau itu, dan di laut teritorial pada batas 12 mil dari pulau-pulau terluar. NKRI juga punya hak berdaulat yang eksklusif (sendirian, tanpa ada pihak lain) dalam hal eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya yang ada di Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) pada batas 200 mil dari pulau-pulau terluar, baik di kolom air lautnya maupun di landas kontinennya. Semua ukuran yurisdiksi kelautan ini didasarkan atas “pagar Indonesia” yang ditarik melingkari Indonesia dengan menghubungkan garis imajiner dari 92 pulau terluar. Ketika satu saja pulau terluar Indonesia hilang, misalnya jatuh ke pihak asing dalam suatu sengketa perbatasan internasional, maka luas kedaulatan Indonesia akan segera berubah, berkurang. Karena itu penting sekali menjaga agar tonggak pulau terluar itu tetap berdiri selamanya di tempatnya sekarang. Jangan sampai jatuh ke pihak asing karena kita melalaikannya.
LAUT & LAUTAN NUSANTARA
Laut dan Lautan Nusantara dalam hal ini yaitu semua laut kedaulatan mutlak dan hak berdaulat Indonesia yang terdiri atas tiga komponen: perairan di antara pulau-pulau Indonesia (laut pedalaman), laut teritorial 12 mil, dan laut ZEE. Lautan Nusantara karena posisi silang di antara dua benua dan dua samudera mempunyai ciri yang sangat khas yang positif antara lain membuat keragaman hayati lautan Nusantara sangat tinggi. Posisi Indonesia secara geologis berupa benturan tiga lempeng telah membawa dua paparan benua terbesar di dunia masuk ke Indonesia dan menjadi laut dangkal yang sangat kaya akan ikan dan segala jenis organisme laut. Kondisi geologi dan iklim tropika telah membuat laut-laut Indonesia pun sebagai jantung dunia untuk terumbu karang –taman laut yang sangat indah. Secara global, lautan Nusantara juga merupakan penyerap CO2 yang efektif sehingga menyegarkan Bumi. Lautan Nusantara pun telah lebih dari 40 tahun menyediakan energi minyak dan gas bumi buat Indonesia juga devisa, potensi energi dan mineralnya pun masih besar yang belum termanfaatkan. Sebagai wilayah yang sejak ratusan tahun yang lalu dilintasi kapal-kapal asing, lautan Nusantara pun mengubur lebih dari 1000 kapal karam, dan lebih dari 450 lokasi telah diidentifikasi. Ini adalah potensi sumber pengetahuan sejarah sekaligus harta karun. Meskipun demikian, pemanfaatan kekayaan sumberdaya hayati dan nonhayati lautan Nusantara belum optimum dibandingkan potensinya yang sangat besar.
KEDAULATAN NKRI DI LANGIT TERCABIK.
Tidak seperti di laut, kedaulatan NKRI di udara tercabik. Karena keterbatasan teknologi dirgantara kita dan seluruh unsur yang berkaitan, saat ini kedaulatan kita di udara tidak sepenuhnya ada di tangan Indonesia. Ada perjanjian bilateral dengan Singapura yang menyebabkan ada satu kawasan kedaulatan NKRI di sekitar langit Natuna yang dikuasai oleh Singapura. Langit Indonesia pun telah beberapa kali diterobos dengan sengaja oleh jet-jet tempur negara asing sekedar ‘show of force’, suatu pelecehan di depan mata. Dan nanti langit Indonesia pun, kalau kita dinilai tidak mampu, mungkin akan banyak diatur oleh pihak-pihak asing ketika aturan regional Asean Open Sky 2015 diberlakukan, agar langit Asean terbuka buat para anggotanya, suatu liberasi udara. Dan Indonesia tak akan mendapatkan keuntungan ekonomi dari aturan ini bila pada saat itu kita dinilai masih belum mampu, bahkan kedaulatan udara Indonesia akan tercabik-cabik oleh pihak asing. Tantangan dan ancaman yang sangat berat.
KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA
Keanekaragaman hayati Indonesia terkenal luar biasa sejak ratusan tahun yang lalu baik untuk tumbuhan maupun hewan. Dalam sejarah, banyak ilmuwan asing yang telah berkarya di Indonesia tentang hal ini, sekaligus menjadi para pelopor dan pemopuler kekayaan biologi Indonesia, dalam hal ini adalah: Rumphius yang berkarya di Ambon pada abad ke-17, Wallace yang mengelilingi Indonesia pada abad ke-19, dan Junghuhn yang berkarya di Jawa pada abad ke-19. Beberapa konsep biologi yang menjadi konsep-konsep utama sampai kini bahkan juga sebenarnya dilahirkan di Indonesia, yaitu sistem penamaan binomial makhluk hidup dan teori evolusi. Geologi telah menyebabkan perbenturan dua dunia biogeografi flora dan fauna di Indonesia, yaitu Oriental (Asiatik) dan Australia, yang diantarai oleh suatu zona transisi Wallacea. Setiap dunia biogeografi ini membawa keragaman hayati flora dan fauna tersendiri. Keanekaragaman hayati Indonesia terkenal akan variasi jenisnya yang sangat banyak tingkat endemismenya yang tinggi, sehingga tidak terdapat di tempat lain, hanya berkembang di Indonesia. Tingkat tinggi keanekaragaman hayati Indonesia ini adalah modal besar untuk pemanfaatannya secara baik. Untuk keperluan pangan manusia misalnya, variasi jenis tanaman bisa dikimpoikan secara silang untuk memperoleh bibit unggul. Indonesia pun sebagai warga dunia, dan dunia tahu keanekaragaman hayati Indonesia sangat tinggi, ikut bertanggung jawab bagi kepentingan biosfer global, sehingga masalah pemanfaatan alam hayatinya juga harus memperhitungkan kelestariannya baik bagi Indonesia, maupun dunia.
MANUSIA INDONESIA
Manusia adalah aspek terpenting suatu aset, termasuk juga bagi suatu negara, sebab tanpa manusia yang baik percumalah segala kekayaan suatu negara, baik luas kedaulatannya maupun kekayaan sumberdaya alamnya. Dapat dikatakan bahwa penduduk Indonesia adalah modal pembangunan yang sangat besar, baik dari aspek jumlah, rasio laki-laki dan perempuan, serta pengelompokan secara umur. Dari sekitar 244 juta penduduk saat ini, 37,5 % adalah usia 0-19 tahun, 54,8 % usia 20-59 tahun, dan 7,6 % usia 60-75+ tahun. Ini adalah penyebaran yang baik bagi suatu negara. Penduduk Indonesia juga semakin sehat dan sejahtera, angka kematian dan kemiskinan semakin berkurang (saat ini 12 % penduduk tergolong miskin). Masalah klasik masih sama, yaitu penyebaran penduduk yang tidak merata dan tingkat partisipasi pendidikan tinggi yang masih rendah. Dengan bertambahnya alokasi dana pendidikan, semoga masalah kurangnya partisipasi pendidikan tinggi dapat diperbaiki.
PEMBANGUNAN MANUSIA INDONESIA
Secara internasional, kualitas manusia suatu negara di dunia sering dinilai secara sederhana menggunakan parameter “indeks pembangunan manusia-IPM (human development index, HDI)” yang diterbitkan oleh PBB (2013). Dengan menilainya, negara yang satu bisa dibandingkan dengan negara yang lain, juga memeringkatnya. Ternyata, Indonesia ditempatkan di peringkat 121 dari 187 negara di dunia yang diukur, atau pada skala medium. Menurut hemat saya, penilaian indeks ini penting tetapi sekaligus semu. Jadi meskipun Indonesia ada di urutan terbawah dibandingkan negara-negara klasik Asean lainnya, tidaklah perlu berkecil hati. Penilaian ini, bila dianalisis detail dengan cara membandingkan setiap komponen penilaiannya dengan negara-negara lain, Indonesia sungguh unik dalam hal komponen geografi dan demografinya, dan keunikan inilah yang tidak terpotret oleh IPM . Ketahui saja bahwa produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang sebesar 946 milyar USD itu peringkat ke-16 di dunia atau ke-5 di Asia setelah: Cina, Jepang, India, Korea Selatan. Bagaimana sebuah negara dengan PDB yang tinggi peringkat ke-16 di dunia bisa menduduki peringkat ke-121 dalam hal IPM? Sebab penduduk Indonesia banyak sekali, 244 juta jiwa, sehingga pendapatan per kapita menjadi kecil; tetapi penduduk Indonesia yang banyak adalah sebuah kekuatan tersendiri. Yakinlah.
APA YANG HARUS KITA LAKUKAN
Setelah memotret biduk Indonesia dan orang-orang di atasnya, apa kira-kira yang harus dilakukan agar biduk ini tetap dapat melaju dengan mantap di arus ganas globalisasi? Berikut adalah beberapa di antaranya, menurut hemat saya. Kawan-kawan bisa menambahkannya. Dan lakukan semampu kita.
1. Tingkatkan terus produk domestik bruto Indonesia.
2. Kedaulatan daratan dan lautan Nusantara yang sudah diperjuangkan dan diperoleh dengan susah payah mutlak harus dijaga.
3. Teknologi dirgantara Indonesia harus ditingkatkan secara signifikan agar kedaulatan udara Indonesia tidak dilecehkan dan dikendalikan negara asing.
4. Kekuatan militer baik di daratan, lautan dan udara harus signifikan ditingkatkan untuk strategi pertahanan dan keamanan, tak kalah pentingnya adalah kesejahteraan personil militer di lapangan ditingkatkan.
5. Manfaatkan secara bijaksana sambil memikirkan jangka panjang/berkelanjutan/lestari semua kekayaan Nusantara baik di daratan maupun lautan, semuanya telah tersedia, hanya harus diusahakan.
6. Tingkatkan terus kesehatan, kesejahteraan, dan pendidikan penduduk Indonesia.
7. Berantas semua kecenderungan disintegrasi elit politik dan masyarakat.
8. Berantas premanisme.
9. Berantas korupsi.
10. Jangan diam dilecehkan atau ditekan pihak asing, usahakan sepenuh hati mengatasinya.
Semua kecenderungan akhir-akhir ini yang terjadi di Indonesia seperti: konflik elit politik, disintegrasi di dalam masyarakat; konflik lateral antargolongan seperti agama, suku, aparat, angkatan militer; korupsi untuk memperkaya pribadi atau partai politik; dominasi premanisme; membiarkan pelecehan negara asing atas Indonesia, tidak mengusahakan sepenuh hati atas tekanan asing dalam hal bisnis atau perundingan internasional – adalah PENGKHIANATAN dalam berbangsa dan bernegara.
Indonesia adalah sebuah biduk kebangsaan di tengah arus globalisasi yang ganas. Globalisasi adalah pisau bermata dua: menguntungkan atau menggilas. Menguntungkan bagi yang siap dan menggilas bagi yang tidak siap. Kesiapan akan ditentukan oleh kita sendiri. Kita tidak akan siap kalau tidak bersatu padu bertekad kuat.
Negeri ini diberkati, maka kita para penduduknya yang terbagi menjadi Pemerintah, para pengusaha, para akademisi, rakyat, dan lain-lain hendaknya bersatu padu memanfaatkan berkat Tuhan ini secara baik, mengisi kemerdekaan Indonesia yang telah diperoleh dan dipertahankan dengan susah payah.
“Hanya ada satu negara yang pantas menjadi negaraku, ia tumbuh dengan perbuatan dan perbuatan itu adalah perbuatanku.” (Mohammad Hatta)
Pedulilah kepada biduk ini, Indonesia, dan jangan pernah mengkhianatinya.
Comments
Post a Comment