Puisi Tentang Waktu

Aktifitas kehidupan manusia selalu terkait dengan aturan. Salah satu yang mengaturnya adalah waktu, secara umum waktu dibagi menjadi tiga: masa lalu, masa sekarang, dan masa mendatang. Berbicara mengenai waktu dalam kehidupan sehari-hari terdapat waktu fajar, tengah hari, cahaya merah pada waktu senja, dan malam hari. Hal ini menunjukan betapa pentingnya waktu dalam kehidupan.


Tidak terbit fajar suatu hari, akulah waktu, akulah ciptaan baru yang menjadi saksi usahamu. Gunakanlah aku karena aku tak akan kembali. "Fajar" dan malam bila berlalu terdapat yang genap dan ganjil, yang dapat diterima oleh orang yang berakal.



Makna dari puisi diatas adalah waktu pagi yang semestinya digunakan manusia untuk berfikir, melakukan persiapan, membuat rencana sebelum melakukan pekerjaan. Waktu pagi juga berarti waktu kecil dan waktu muda/remaja yang semestinya digunakan untuk menimba ilmu, mencari bekal dan persiapan untuk menghadapi perjuangan hidup di masa dewasa.


Matahari sepenggalahan naik, cahaya yang ditunggu suatu makhluk, cahaya kebaikan. Tidaklah meninggalkan dan benci padamu. Hari kemudian lebih baik dari hari sekarang. Tuhan memberikan karunia, menjadikanmu puas. Menerangi kegelapan lalu dia melindungimu. Tersesat pada kabut, cahaya memberikan jalan petunjuk. Janganlah kamu menghardik dan berprilaku sewenang. Terhadap nikmat hendaklah kau siarkan.


Makna dari puisi diatas adalah waktu siang hari untuk berbuat dan memperlihatkan bakti pada masyarakat sekitar. Tentu saja yang dapat mendatangkan kebaikan terhadap orang di sekitar adalah orang yang di waktu paginya telah mempersiapkan bekal dan rencana yang baik. Alangkah kecewanya orang lain ketika orang yang diharapkan mendatangkan cahaya namun tampil dengan sangat mengecewakan. Begitu selesai pendidikan misalnya, meraih gelar dan semacamnya, namun tidak mendatangkan manfaat pada masyarakat sekitar. Sama halnya menunggu cahaya pagi, namun matahari diliputi oleh awan.


Manusia itu benar-benar dalam kerugian, terkecuali merekalah yang berusaha, nasehat dan menasehati supaya menetapi kesabaran.



Makna dari puisi diatas adalah orang yang tidak melakukan persiapan di pagi hari, tidak belajar dan mempergurukan, yang tidak melakukan perencanaan di waktu muda, maka akan menyesalinya di hari tua dan tergolong orang yang merugi. Memang kerugian baru dirasakan oleh seseorang pada usia senja. Seperti seorang pedagang, untung dan rugi barulah dihitung setelah sore hari dan matahari menjelang terbenam. Akan tetapi kondisi itu tidak bisa lagi diperbaiki.


Malam apabila menutupi cahaya siang yang benderang, ialah suatu pasangan waktu. Penciptaan laki dan perempuan dengan usaha yang berbeda. Tidakkah semua di dunia ini berpasangan? Unsur terpenting dalam kehidupan, saling terkait dan berhubungan. Suatu nikmat yang harus dibalasnya, dialah yang mendapat kepuasan.



Makna dari puisi diatas adalah orang yang melakukan persiapan di waktu pagi, yang berencana di waktu muda dan yang akan berbuat baik pada orang disekitarnya dialah yang akan menang dan beruntung. Jika mati akan mati dengan kebahagiaan. Namun mereka yang tidak ada persiapan di waktu mudanya merekalah yang menyesal dan merugi. di waktu malam datang dialah yang akan kesulitan dalam hidup. Ada yang konsisten dengan kebaikan dan sebaliknya ada yang berada dalam kejahatan.



Pesan dari kutipan puisi-puisi diatas yaitu janganlah kita menyia-nyiakan masa muda kita. kebanyakan orang beranggapan masa muda adalah masa yang paling bahagia, waktunya bersenang mumpung masih muda dan kesenangan itu tidak dapat diperoleh di masa tua nanti. Namun persepsi tersebut salah besar, justru waktu mudalah dimana waktu untuk menimba ilmu dan mempersiapkan rencana yang matang. maka di waktu tua ia akan merasakan kebahagiaannya.

sumber:
al-fajr
ad-dhuha
al-ashr
al-lail






Comments

Popular posts from this blog

Geologi: Struktur Primer & Sekunder

Asosiasi Mineral Pada Batuan Fosfat

geologi: Tektonik dan Struktur