Cadangan Minyak Habis? Masih banyak solusinya!!
Cadangan minyak di Indonesia diperkirakan tidak akan bertahan lebih dari 11 tahun. Hal ini disebabkan laju produksi minyak Indonesia terus berada pada kisaran 800ribu barel per hari. Lalu apa yang akan kita lakukan sebagai anak bangsa setelah mendengar isu tersebut? Masih banyak energi alternatif dan salah satunya yang akan saya bahas yaitu Fire in The Ice.
Energi alternatif diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik serta kebutuhan energi akan terus-menerus meningkat. Untuk jenis energi alternatif lain dikembangkan dan meminimalkan konsumsi berlebihan bahan bakar minyak, karena cadangan minyak dan gas diperkirakan akan habis dalam tahun-tahun berikutnya. Permintaan meningkat dan tidak sebanding dengan cadangan minyak yang terus menurun dan belum ditemukan cadangan baru.
Indonesia memiliki banyak sumber energi salah satunya convencional dan unconvensional. Energi alternatif diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik serta kebutuhan energi akan terus-menerus meningkat. Jenis energi alternatif lain dikembangkan untuk meminimalisir konsumsi yang berlebihan pada bahan bakar minyak, karena cadangan minyak dan gas diperkirakan akan habis dalam tahun-tahun berikutnya. Melihat cadangan yang mulai menipis, indonesia beralih ke unconvensional energi. Dari sekian jenis energi unconvensional yang lebih ekonomis adalah hydrate gas.
Hydrate adalah gas alam, terutama terdiri dari metana (CH4) yang terjebak dalam struktur kristal icelike (Katz et al, 1959;. Davidson et al, 1978;. Makogon, 1982; Kvenvolden, 1988a, b; Kvenvolden 1993 setelah Majorowicz et al, 2001). Perangkap dari hydrate gas terjadi ketika metana pada fase fisik yang solid di dasar laut di mana tekanan besar dan suhu dasar laut rendah. Kondisi ini terkait dengan sifat fisik dari tekanan dan temperatur, terlihat dalam diagram Kvenvolden.
Gas hidrat adalah bahan padat yang terbentuk dari struktur molekul air dan gas, di mana struktur molekul gas yang terperangkap dalam struktur kristal hidrat. selain usia mereka, tampak bahwa hidrat di alam ada di mana-mana, dengan beberapa kemungkinan terjadinya dimanapun metana dan air berada berdekatan pada suhu rendah dan tekanan tinggi. Sistem jebakan dari hidrat metana terjadi ketika sumber daya metana terakumulasi yang menjadi blok pada fase padat karena fisik yang tepat kondisi di sea floor bed. Dalam contoh ini,zona di mana gas hidrat bisa eksis adalah antara 1200 dan 1500 meter. (Sebenarnya, metana hidrat dapat ada di mana saja dari sekitar 300-200 meter, tergantung pada kondisi suhu dan kedalaman sedimen) Untuk menjelaskan "batas fase" line (tekanan / suhu line) membagi metana sebagai hidrat (es metana) ke leftof garis dari metana yang telah dipisahkan dari hidrat di sebelah kanan. Itu "hidrotermal gradien" garis putus-putus menunjukkan suhu air. "Air / Sedimen" menandai dasar laut. "gradien panas bumi" garis putus-putus menunjukkan suhu sedimen, yang meningkat dengan kedalamannya. Pada beberapa kedalaman (ditandai dengan garis "Basis gas hidrat"), sedimen menjadi terlalu hangat. Di bawah kedalaman ini, free etana bisa eksis, tapi bukan metana dalam es, oleh karena itu, hanya bisa eksis di daerah berbintik-bintik. (Kvenvolden,1993).
Selat Sunda menandai batas antara subduksi java trench frontal dan sumatra trench oblique subduction. Sesar kanan yang terjadi pada central Sumatra menghasilkan subduksi yang bersifat oblique. Tidak melewati selat sunda tapi berakhir antara sumatra dan jawa, dalam pola kompleks sesar normal dominan berhubungan dengan penurunan, kegempaan dan sebagai ekstensi timur-barat.
Cadangan gas hidrat di Indonesia diperkirakan adalah 785.128 km2 dan terbagi untuk mature dan frontier basins. Mature basin menunjukkan 194.466 km2. Kemungkinan daerah gas hidrat sementara dari perbatasan basin menunjukkan 590.662 km2 kemungkinan wilayah gas hidrat. Daerah terbesar gas hidrat diperkirakan adalah Cekungan Sumatera Utara; wilayahnya adalah 55.807 km2 dan mature basin. Alternatif untuk menggunakan hidrat dapat memberikan efisiensi energi gas alam yang dapat disimpan dan diangkut. Hal ini karena metode pembentukan gas hidrat membutuhkan proses pendinginan yang lebih rendah, tekanan rendah, dan waktu yang lebih singkat. Beberapa studi telah dilakukan yang menjelaskan bahwa penggunaan gas hidrat sebagai transportasi akan memberikan hasil yang lebih ekonomis. Secara umum dapat menghemat biaya hingga 24%.
Pada tahun 2008 Kanada dan Jepang berhasil mengekstrasikan gas hidrat secara konstan. Pada percobaan ini peneliti berhasi mengekstasikan gas dengan menurunkan tekanan tanpa menggunakan panas dan membutuhkan kuantitas energi yang kecil. Gas hidrat telah dilirik banyak negara maju yang berusaha mencari alternatif sumberdaya energi disamping minyak bumi. Jepang merupakan salah satu negara yang sudah cukup memiliki atensi besar dalam pengembangan gas hidrat, salah satunya dapat dilihat dengan rencana ekstraksi dengan skala komersil pada instalasi gas hidrat didekat perfektur Aichi pada tahun 2016. Hal inipun bisa di implementasikan di indonesia seperti halnya energi unconventional lain seperti CBM.
Kita mengetahui bahwa terdapat hidrat gas dan deposit tanah es yang luas diseluruh dunia. Kita mempunyai bukti bahwa kita sekarang berada pada permulaan periode pemanasan global yang diperkirakan makin memburuk karna terlepasnya CO2 ke atmosfer saca terus menerus akibat pembakaran bahan fosil. Berdasarkan bukti ini memicu suhu bumi yang naik karena terlepasnya metana dalam jumlah yang besar, dimana sekali ia terlepas intensitasnya akan semakin bertambah besar. Hal ini dapat menjadi sebuah kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi. Makin banyak metana yang terlepas ke atmosfer berarti makin parah pula pemanasan yang akan kita alami.
Sumber:
-http://bisnis.liputan6.com/read/2219093/cadangan-minyak-ri-habis-11-tahun-lagi
-Sawungrono Dewawisesa dkk, FUTURE ENERGY CHALLENGE: AN APROACH TO DELINEATE METHANE HYDRATE POTENTIAL IN INDONESIA
-Xu_et_al, Predicting the Occurrence, Distribution, and Evolution
of Methane Gas Hydrate in Porous Marine Sediments
Comments
Post a Comment